Selasa, 29 November 2011

Kurikulum Belajar dan Individu

BAB I
PENDAHULUAN
Perencanaan Kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan di gunakan oleh guru dan peserta didik.
Penerapan kurikulum atau bisa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan oprasional. (Hasibuan,2010:hlm44) Yang mana implementasi ini berkaitan antara pendidik dan peserta didik sehingga apa yang diharapkan dalam pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang tertuap dalam kurikulum tersebut.Pencapaian tujuan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai macam aspek baik dari kurikulum itu sendiri maupun dari peserta didik serta pendidik serta komponen lain seperti sarana prasarana yang memadai.








BAB II
PEMBAHASAN
A. Kurikulum
       Perkataan kurikulum mulai dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dalam kamus Webster pada 1856. Pada tahun ini kata kurikulum digunakan dalam bidang olah raga, yaitu suatu alat yang membawa orang dari start sampai ke finish. Baru pada 1955 istilah kurikulum digunakan dalam bidang pendidikan, dengan arti sejumlah materi pelajaran dari suatu perguruan. Dalam kamus tersebut kurikulum diartikan dua macam, yaitu :
1.      Sejumlah materi pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari disekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
2.      Sejumlah materi pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan.
SNP menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan  pengaturan mengenai tujuan isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Tim penyusun Pustaka Yusticia, 2007: 3)
Kurikulum adalah suatu alat yang amat penting dalam rangka merealisasi dan mencapai tujuan pendidikan sekolah.(Oemar Hamalik, 1990:32).Sedangkan menurut Soedijarto kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan, diorganisasikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan untuk lembaga pendidikan(Subandijah, 1996 :2)
B. Belajar
       Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau yang kurang baik,direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.
            Unsur perubahan dan pengalaman hampir selalu ditekankan dalam rumusan atau definisi tentang belajar, yang dikemukakan para ahli. Menurut Witherington “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Crow and Crow dan Hilgard. Menurut Crow and Crow “belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”, sedang menurut Hilgard “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 155)


            Mengenai peranan unsur pengalaman dalam belajar beberapa ahli mengemukakan hal tersebut dalam definisi mereka. Di Vesta and Thompson menyatakan “belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”. Senada dengan rumusan tersebut Gage and Berliner memberikan definisi “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman”.
            Dari pengertian perubahan dalam rumusan-rumusan diatas dapat menyangkut hal yang sangat luas, menyangkut semua aspek kepribadian individu. Perubahan tersebut dapat berkenaan dengan penguasaan dan penambahan pengetahuan, kecakapan, sikap, motivasi, kebiasaan, minat, apresiasi, dan sebagainya. Demikian juga dengan pengalaman, berkenaan dengan segala bentuk pengalaman atau hal-hal baru yang pernah dialami. Pengalaman karena membaca, melihat, mendengar, merasakan, melakukan, menghayati, membayangkan, merencanakan, melaksanakan, menilai, mencoba, menganalisis, memecahkan, dan sebagainya.
C. Perbedaan Individu
            Setiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah ia berada didalam suatu kelompok atau seorang diri, ia di sebut individu. Individu menunjukan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka “perbedaan” dalam “perbedaan individual” menurut Landgren menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
            Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa-siswa yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang berada didalam sebuah kelas, tidak terdapat seorangpun yang sama. Mungkin sekali dua orang dilihatnya hampir sama atau mirip, akan tetapi pada kenyataannyajika diamati benar-benar antara keduanya tentu terdapat perbedaan. Perbedaan yang segera dapat dikenal oleh seorang guru tentang siswanya adalah perbedaan fisiknya, seperti tinggi badan, bentuk badan,warna kulit,bentuk muka dan semacamnya. Ciri lain yang segera dapat dikenal adalah tingkah laku masing-masing siswa, begitu pula suara mereka. Ada yang lincah, banyak gerak, pendiam, dan sebagainya.
Dalam kaitannya dengan perbedaan individu hendaknya selalu di ingat bahwa perbedaan dalam kualitas atau ciri-ciri adalah berjenjang. Tidak ada penggolongan anak-anak kedalam satu kategori atau sama sekali tidak termasuk dalam suatu kategori. Faktor-faktor luar dari individu sekalipun seperti pengaruh keluarga, kesempatan pendidikan sebelumnya, kurikulum yang ditawarkan, dan teknik-teknik mengajar tidak sepenuhnya baik dan tidak senuhnya jelek. Aspek-aspek tingkah laku yang manapun atau faktor-faktor pengaruh yang manapundari individu mempunyai tingkat derajat perbedaan dan bukan berbeda secara absolut dari individu yang lain. Apalagi didalam diri individu sendiri ada perbedaan dalam bermacam-macam aspek dari keseluruhan kepribadiannya. Tetapi karena tidak ada satu sifatpun yang berdiri sendiri, berfungsinya satu sifat akan mempengaruhi berfungsinya sifat lainnya, maka semua sifat-sifat itu mempengaruhi keseluruhan pola tingkah laku individu.
Garry mengategorikan perbedaan individual kedalam bidang-bidang berikut :
1.        Perbedaan fisik : usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
2.        Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
3.        Perbedaan kepribadian termasuk watak motif, minat, dan sikap.
4.        Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar.
5.        Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah. (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2002 : 6 )

Dalam kehidupannya, setiap manusia berhubungan dengan manusia lain dan lingkungan diluar dirinya. Tiap manusia berhubungan dengan manusia lain, dengan sesamanya; manusia bersosialisasi, dan terjadilah perbedaan status sosial dan ekonomi manusia. Manusia juga berhubungan Sang Pencipta atau dengan Tuhannya, maka manusia beragama. Manusia berkelompok dan berkeluarga, sesuai dengan sifat dan genetik orang tuanya; ketika mengenal kelompok-kelompok atau suku yang berbeda. Di Indonesia ada suku Jawa, Sunda, Irian, Madura, dan sebagainya. Lingkungan, agama, keluarga, keturunan, kelompok suku dan semacamnya itu mempengaruhi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya perbedaan individu (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 155 ).
1.        Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang pengamatan atau penyerapan atas suatu objek. Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan. Faktor dasar yang berpengaruh menonjol pada kemampuan kognitif dapat dibedakan dalam bentuk lingkungan alamiah dan lingkungan yang di buat. Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar. Tes hasil belajar menghasilkan nilai kemampuan kognitif yang bervariasi. Variasi nilai tersebut menggambarkan perbedaan kemampuan kognitif tiap-tiap individu.
2.        Perbedaan Individual dalam Kecakapan Bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupannya. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda, kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis, dan sistematis. Kemampuan berbahasa tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan. Faktor lain yang juga penting adalah faktor fisik, terutama organ berbicara.
3.        Perbedaan dalam Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan untuk  melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut terjadi karena kerja saraf yang sistematis. Alat indra menerima rangsangan, rangsangan tersebut diteruskan melalui saraf sensoris ke saraf pusat (otak) untuk diolah dan hasilnya dibawa oleh saraf motorik untuk memberikan reaksi dalam bentuk gerakan-gerakan atau kegiatan.
Seorang individu yang semakin dewasa, menunjukan fungsi-fungsi fisik yang semakin matang. Dari kenyataan ini dapat dinyatakan bahwa semakin bertambahnya umur seseorang, bararti ia semakin matang dan akan mampu menunjukan tingkat kecakapan motorik yang semakin tinggi. kematangan pertumbuhan fisik dan kemampuan berpikir setiap orang berbeda-beda, maka hal itu membawa akibat terhadap kecakapan motorik masing-masing, dan dengan demikian kecakapan motorik setiap individu akan berbeda-beda pula.
4.        Perbedaan dalam Latar Belakang
Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat manapun, perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran. Pengalaman-pengalaman belajar yang dimiliki anak di rumah mempengaruhi kemauan untuk berprestasi dalam situasi belajar yang di sajikan.
Minat dan sikap individu terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan kerja sama, kecakapan atau kemauan untuk berkosentrasi pada bahan-bahan pelajaran, dan kebiasaan-kebiasaan belajar semaunya merupakan faktor-faktor perbedaan di natara para siswa. Faktor-faktor tersebut kadang-kadang berkembang akibat sikap-sikap anggota keluarga di rumah dan lingkungan sekitar. Latar belakang keluarga, baik di lihat dari segi sosioekonomi maupun sosiokultural adalah berbeda-beda. Demikian pual lingkungan sekitarnya,baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik yang akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda.
5.        Perbedaan dalam Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mandapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat. Sebaliknya bakat tidak akan berkembang sama sekali, manakala lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang. Dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya. Dalam hal ini makna pendidikan menjadi penting artinya.
Perkembangan bakat dimiliki siswa secara individual. Meskipun inteligensi umum merupakan faktor dari hampir semua atau bahkan semua bidang penampilan atau performasi, namun hasil tes inteligensi yang selama ini dilaksanakan belum terkait dengan beberapa bidang belajar seperti keterampilan motorik, musik, seni, dan olah raga. Hasil tes inteligensi lebih banyak berhubungan dengan keberhasialn atau kemampuan bidang akademik. Dengan demikian perencanaan pendidikan, selanjutnya lebih memperhatikan kemampuan atau bakat akademik daripada kemampuan tentang bakat khusus untuk dijadikan dasar pertimbangan.
6.        Perbedaan dalam Kesiapan Belajar
Di depan telah diuraikan, bahwa perbedaan latar belakang keluarga dan lingkungan mempunyai pengaruh terhadap belajar. Perbedaan latar belakang tersebut, yang meliputi perbedaan sosioekonomi dan sosiokultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas, dalam hal ini pelajaran di sekolah. Dengan demikian, perbedaan-perbedaan individu itu tidak saja disebabkan oleh keragaman dalam rentang kematangan tetapi juga oleh keragaman dalam latar belakang sebelumya.
Anak umur 6 tahun yang memasuki sekolah dasar, mungkin berbeda satu, dua bahkan tiga tahun dalam tingkat kesiapan untuk mengambil manfaat dari pendidikan formal. Hal ini meunjukan dari hasil sebuah penelitian bahwa kemampuan mental atau umur mental (mental age), bagi anak-anak kelas satu sekolah dasar ditemukan dalam retag umur kronologis antara 3 tahun sampai 8 tahun. Hal ini berarti bahwa meskipun umur kronologis telah mencapai 8 tahun (yang secara normal anak ini seharusnya telah duduk di kelas dua atau tiga sekolah dasra) tetapi kemampuan belajarnya masih sama dengan mereka yang duduk di kelas satu. Hali ini menggambarkan produk keluarga yang amat kurang, yang mungkin sekali ekspresi bahasa dan kehidupan keluarga tersebut kurang baik.
Kondisi fisik yang sehat, dalam kaitannya dengan kesehatan dan penyesuaian diri yang memuaskan terhadap pengalaman-pengalaman, disertai rasa ingin tahu yang amat besar terhadap orang-orang dan benda-benda, membantu berkembangnya kebiasaan berbahasa dan belajar yang di harapkan. Sikap apatis, pemalu, dan kurang percaya diri, akibat dari kesehatan yang kurang baik, cacat tubuh, dan latar belakang yang miskin pengalaman, mempengaruhi perkembangan pemahaman dan ekspresi diri.








BAB III
PENUTUP
Tujuan dari Pendidikan Yang tertuang dalam kurikulum dapat terwujud bilamana kurikulum tersebut disusun dan dibuat sesuai dengan keadaan sekolah tersebut, kualitas Sumberdaya Manusia baik dari pendidik maupun dari peserta didik yang senantiasa memperhatikan aspek aspek yang ada dari keduanya (peserta didik dan pendidik) serta kelengkapan dari media pembelajaran atau sarana prasaran yang memadai dan Bahan Ajar yang sesuai.










Daftar Pustaka
Hamalik Oemar, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Bandung : Pustaka Martiana, 1990
Hasibuna Lias, Kurikulum pemikiran pendidikan, Jakarta: GP Press, 2010
http://pustaka.UT.ac.id,20 maret 2011 09.00 am
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,  Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2005
Sunarto dan B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta,PT Rineka Cipta, 2002
www.Asas Kurikulum.com (21 Februari, 16.30 pm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar