BAB I
PENDAHULUAN
Perencanaan Kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil
tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan di gunakan oleh guru dan
peserta didik.
Penerapan kurikulum atau bisa disebut
juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam
tindakan oprasional. (Hasibuan,2010:hlm44) Yang mana implementasi ini berkaitan
antara pendidik dan peserta didik sehingga apa yang diharapkan dalam
pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang tertuap dalam
kurikulum tersebut.Pencapaian tujuan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai macam
aspek baik dari kurikulum itu sendiri maupun dari peserta didik serta pendidik
serta komponen lain seperti sarana prasarana yang memadai.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kurikulum
Perkataan kurikulum mulai dikenal sebagai
suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lalu.
Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dalam kamus Webster pada 1856.
Pada tahun ini kata kurikulum digunakan dalam bidang olah raga, yaitu suatu
alat yang membawa orang dari start sampai ke finish. Baru pada 1955 istilah
kurikulum digunakan dalam bidang pendidikan, dengan arti sejumlah materi
pelajaran dari suatu perguruan. Dalam kamus tersebut kurikulum diartikan dua
macam, yaitu :
1.
Sejumlah materi
pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari disekolah atau perguruan tinggi
untuk memperoleh ijazah tertentu.
2.
Sejumlah materi
pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan.
SNP menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Tim penyusun Pustaka
Yusticia, 2007: 3)
Kurikulum
adalah suatu alat yang amat penting dalam rangka merealisasi dan mencapai
tujuan pendidikan sekolah.(Oemar Hamalik, 1990:32).Sedangkan menurut Soedijarto
kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan,
diorganisasikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan untuk
lembaga pendidikan(Subandijah, 1996 :2)
B. Belajar
Belajar selalu
berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu
mengarah kepada yang lebih baik atau yang kurang baik,direncanakan atau tidak.
Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman
yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.
Unsur perubahan dan pengalaman
hampir selalu ditekankan dalam rumusan atau definisi tentang belajar, yang
dikemukakan para ahli. Menurut Witherington “belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang
berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Pendapat
yang hampir sama dikemukakan oleh Crow and Crow dan Hilgard. Menurut Crow and
Crow “belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap
baru”, sedang menurut Hilgard “belajar adalah proses dimana suatu perilaku
muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”. (Nana
Syaodih Sukmadinata, 2005: 155)
Mengenai
peranan unsur pengalaman dalam belajar beberapa ahli mengemukakan hal tersebut
dalam definisi mereka. Di Vesta and Thompson menyatakan “belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
Senada dengan rumusan tersebut Gage and Berliner memberikan definisi “belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman”.
Dari
pengertian perubahan dalam rumusan-rumusan diatas dapat menyangkut hal yang
sangat luas, menyangkut semua aspek kepribadian individu. Perubahan tersebut
dapat berkenaan dengan penguasaan dan penambahan pengetahuan, kecakapan, sikap,
motivasi, kebiasaan, minat, apresiasi, dan sebagainya. Demikian juga dengan
pengalaman, berkenaan dengan segala bentuk pengalaman atau hal-hal baru yang
pernah dialami. Pengalaman karena membaca, melihat, mendengar, merasakan,
melakukan, menghayati, membayangkan, merencanakan, melaksanakan, menilai,
mencoba, menganalisis, memecahkan, dan sebagainya.
C. Perbedaan
Individu
Setiap
orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah ia berada didalam
suatu kelompok atau seorang diri, ia di sebut individu. Individu menunjukan
kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat
individual adalah sifat yang berkaitan dengan perseorangan, berkaitan dengan
perbedaan individual perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda
dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan
individual. Maka “perbedaan” dalam “perbedaan individual” menurut Landgren
menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun
psikologis.
Seorang
guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa-siswa yang berbeda satu sama
lain. Siswa-siswa yang berada didalam sebuah kelas, tidak terdapat seorangpun
yang sama. Mungkin sekali dua orang dilihatnya hampir sama atau mirip, akan
tetapi pada kenyataannyajika diamati benar-benar antara keduanya tentu terdapat
perbedaan. Perbedaan yang segera dapat dikenal oleh seorang guru tentang
siswanya adalah perbedaan fisiknya, seperti tinggi badan, bentuk badan,warna
kulit,bentuk muka dan semacamnya. Ciri lain yang segera dapat dikenal adalah
tingkah laku masing-masing siswa, begitu pula suara mereka. Ada yang lincah,
banyak gerak, pendiam, dan sebagainya.
Dalam kaitannya dengan perbedaan
individu hendaknya selalu di ingat bahwa perbedaan dalam kualitas atau
ciri-ciri adalah berjenjang. Tidak ada penggolongan anak-anak kedalam satu
kategori atau sama sekali tidak termasuk dalam suatu kategori. Faktor-faktor
luar dari individu sekalipun seperti pengaruh keluarga, kesempatan pendidikan
sebelumnya, kurikulum yang ditawarkan, dan teknik-teknik mengajar tidak
sepenuhnya baik dan tidak senuhnya jelek. Aspek-aspek tingkah laku yang manapun
atau faktor-faktor pengaruh yang manapundari individu mempunyai tingkat derajat
perbedaan dan bukan berbeda secara absolut dari individu yang lain. Apalagi
didalam diri individu sendiri ada perbedaan dalam bermacam-macam aspek dari
keseluruhan kepribadiannya. Tetapi karena tidak ada satu sifatpun yang berdiri
sendiri, berfungsinya satu sifat akan mempengaruhi berfungsinya sifat lainnya,
maka semua sifat-sifat itu mempengaruhi keseluruhan pola tingkah laku individu.
Garry
mengategorikan perbedaan individual kedalam bidang-bidang berikut :
1.
Perbedaan fisik : usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin,
pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
2.
Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga,
dan suku.
3.
Perbedaan kepribadian termasuk watak motif, minat, dan sikap.
4.
Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar.
5.
Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah. (Sunarto dan B.
Agung Hartono, 2002 : 6 )
Dalam kehidupannya, setiap manusia berhubungan dengan manusia lain
dan lingkungan diluar dirinya. Tiap manusia berhubungan dengan manusia lain,
dengan sesamanya; manusia bersosialisasi, dan terjadilah perbedaan status
sosial dan ekonomi manusia. Manusia juga berhubungan Sang Pencipta atau dengan
Tuhannya, maka manusia beragama. Manusia berkelompok dan berkeluarga, sesuai
dengan sifat dan genetik orang tuanya; ketika mengenal kelompok-kelompok atau
suku yang berbeda. Di Indonesia ada suku Jawa, Sunda, Irian, Madura, dan
sebagainya. Lingkungan, agama, keluarga, keturunan, kelompok suku dan
semacamnya itu mempengaruhi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
perbedaan individu (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 155 ).
1.
Perbedaan
Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang
pengamatan atau penyerapan atas suatu objek. Kemampuan kognitif menggambarkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya
kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa hasil
belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan.
Faktor dasar yang berpengaruh menonjol pada kemampuan kognitif dapat dibedakan dalam
bentuk lingkungan alamiah dan lingkungan yang di buat. Tingkat kemampuan
kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar. Tes
hasil belajar menghasilkan nilai kemampuan kognitif yang bervariasi. Variasi
nilai tersebut menggambarkan perbedaan kemampuan kognitif tiap-tiap individu.
2.
Perbedaan
Individual dalam Kecakapan Bahasa
Bahasa
merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupannya.
Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda, kemampuan berbahasa
merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk
ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis, dan sistematis. Kemampuan
berbahasa tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor
lingkungan. Faktor lain yang juga penting adalah faktor fisik, terutama organ
berbicara.
3.
Perbedaan dalam
Kecakapan Motorik
Kecakapan
motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang
dilakukan oleh saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut
terjadi karena kerja saraf yang sistematis. Alat indra menerima rangsangan,
rangsangan tersebut diteruskan melalui saraf sensoris ke saraf pusat (otak)
untuk diolah dan hasilnya dibawa oleh saraf motorik untuk memberikan reaksi
dalam bentuk gerakan-gerakan atau kegiatan.
Seorang
individu yang semakin dewasa, menunjukan fungsi-fungsi fisik yang semakin
matang. Dari kenyataan ini dapat dinyatakan bahwa semakin bertambahnya umur
seseorang, bararti ia semakin matang dan akan mampu menunjukan tingkat
kecakapan motorik yang semakin tinggi. kematangan pertumbuhan fisik dan
kemampuan berpikir setiap orang berbeda-beda, maka hal itu membawa akibat
terhadap kecakapan motorik masing-masing, dan dengan demikian kecakapan motorik
setiap individu akan berbeda-beda pula.
4.
Perbedaan dalam
Latar Belakang
Dalam suatu
kelompok siswa pada tingkat manapun, perbedaan latar belakang dan pengalaman
mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas
dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran. Pengalaman-pengalaman
belajar yang dimiliki anak di rumah mempengaruhi kemauan untuk berprestasi
dalam situasi belajar yang di sajikan.
Minat dan sikap
individu terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan
kerja sama, kecakapan atau kemauan untuk berkosentrasi pada bahan-bahan
pelajaran, dan kebiasaan-kebiasaan belajar semaunya merupakan faktor-faktor
perbedaan di natara para siswa. Faktor-faktor tersebut kadang-kadang berkembang
akibat sikap-sikap anggota keluarga di rumah dan lingkungan sekitar. Latar
belakang keluarga, baik di lihat dari segi sosioekonomi maupun sosiokultural
adalah berbeda-beda. Demikian pual lingkungan sekitarnya,baik lingkungan sosial
maupun lingkungan fisik yang akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda.
5.
Perbedaan dalam
Bakat
Bakat merupakan
kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang
dengan baik apabila mandapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat.
Sebaliknya bakat tidak akan berkembang sama sekali, manakala lingkungan tidak
memberikan kesempatan untuk berkembang. Dalam arti tidak ada rangsangan dan
pemupukan yang menyentuhnya. Dalam hal ini makna pendidikan menjadi penting
artinya.
Perkembangan
bakat dimiliki siswa secara individual. Meskipun inteligensi umum merupakan
faktor dari hampir semua atau bahkan semua bidang penampilan atau performasi,
namun hasil tes inteligensi yang selama ini dilaksanakan belum terkait dengan
beberapa bidang belajar seperti keterampilan motorik, musik, seni, dan olah
raga. Hasil tes inteligensi lebih banyak berhubungan dengan keberhasialn atau
kemampuan bidang akademik. Dengan demikian perencanaan pendidikan, selanjutnya
lebih memperhatikan kemampuan atau bakat akademik daripada kemampuan tentang
bakat khusus untuk dijadikan dasar pertimbangan.
6.
Perbedaan dalam
Kesiapan Belajar
Di depan telah
diuraikan, bahwa perbedaan latar belakang keluarga dan lingkungan mempunyai
pengaruh terhadap belajar. Perbedaan latar belakang tersebut, yang meliputi
perbedaan sosioekonomi dan sosiokultural, amat penting artinya bagi
perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada
pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih
luas, dalam hal ini pelajaran di sekolah. Dengan demikian, perbedaan-perbedaan
individu itu tidak saja disebabkan oleh keragaman dalam rentang kematangan
tetapi juga oleh keragaman dalam latar belakang sebelumya.
Anak umur 6
tahun yang memasuki sekolah dasar, mungkin berbeda satu, dua bahkan tiga tahun
dalam tingkat kesiapan untuk mengambil manfaat dari pendidikan formal. Hal ini
meunjukan dari hasil sebuah penelitian bahwa kemampuan mental atau umur mental (mental age), bagi anak-anak kelas satu
sekolah dasar ditemukan dalam retag umur kronologis antara 3 tahun sampai 8
tahun. Hal ini berarti bahwa meskipun umur kronologis telah mencapai 8 tahun
(yang secara normal anak ini seharusnya telah duduk di kelas dua atau tiga
sekolah dasra) tetapi kemampuan belajarnya masih sama dengan mereka yang duduk
di kelas satu. Hali ini menggambarkan produk keluarga yang amat kurang, yang
mungkin sekali ekspresi bahasa dan kehidupan keluarga tersebut kurang baik.
Kondisi fisik
yang sehat, dalam kaitannya dengan kesehatan dan penyesuaian diri yang memuaskan
terhadap pengalaman-pengalaman, disertai rasa ingin tahu yang amat besar
terhadap orang-orang dan benda-benda, membantu berkembangnya kebiasaan
berbahasa dan belajar yang di harapkan. Sikap apatis, pemalu, dan kurang
percaya diri, akibat dari kesehatan yang kurang baik, cacat tubuh, dan latar
belakang yang miskin pengalaman, mempengaruhi perkembangan pemahaman dan
ekspresi diri.
BAB III
PENUTUP
Tujuan dari Pendidikan Yang tertuang
dalam kurikulum dapat terwujud bilamana kurikulum tersebut disusun dan dibuat
sesuai dengan keadaan sekolah tersebut, kualitas Sumberdaya Manusia baik dari
pendidik maupun dari peserta didik yang senantiasa memperhatikan aspek aspek
yang ada dari keduanya (peserta didik dan pendidik) serta kelengkapan dari
media pembelajaran atau sarana prasaran yang memadai dan Bahan Ajar yang
sesuai.
Daftar Pustaka
Hamalik Oemar, Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum, Bandung : Pustaka Martiana, 1990
Hasibuna Lias, Kurikulum pemikiran
pendidikan, Jakarta: GP Press, 2010
http://pustaka.UT.ac.id,20 maret 2011 09.00 am
Nana
Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi
Proses Pendidikan, Bandung PT Remaja
Rosdakarya, 2005
Sunarto
dan B. Agung Hartono, Perkembangan
Peserta Didik, Jakarta,PT Rineka Cipta, 2002
www.Asas Kurikulum.com (21 Februari, 16.30
pm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar